Sabtu, 28 April 2012

Semarang Night Carnival 2012



Agenda tahunan ‘Semarang Night Carnival’ atau SNC yang diselenggarakan dalam rangka memeriahkan HUT Kota Semarang yang ke-465 tahun ini dikemas secara berbeda dari tahun sebelumnya. “Kali ini, tema yang diusung adalah ‘Semarang Berbunga Menuju Visit Jateng 2013’”, ungkap Plh. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Senin (16/4).

Dalam parade busana dan kostum meriah tersebut, peserta karnaval dari kalangan pelajar sekolah dasar, SMP, SMA / SMK, umum, serta dari kalangan penari profesional berjumlah sekitar 1.300 performer serta diwajibkan memakai kostum dan asesoris bertema bunga.

Karnaval malam hari yang diselenggarakan di Kota Semarang tersebut akan dilaksanakan Sabtu, 28 April 2012 direncanakan mulai pukul 18.00 hingga pukul 22.00 WIB. Parade kostum yang menarik tersebut akan mengambil rute dari jalan Pemuda depan Balaikota, jalan Pandanaran, menuju lapangan Simpanglima.

Yang juga berbeda, untuk lebih memeriahkan SNC 2012 tersebut didirikan panggung musik dengan menampilkan band dan penyanyi nasional dengan MC Denny Cagur dan Asty Ananta serta disiarkan secara langsung oleh salah satu televisi nasional mulai pukul 21.00 WIB.

Antisipasi jumlah penonton yang melunjak, panitia menyediakan lahan parker di parkiran Mal Paragon, jalan Imam Bonjol, jalan Gajahmada, Stadion, Jl. A Yani, Sekitar Undip, serta jalan-jalan di sekitar Simpanglima   

Jalan-jalan yang dilewati karnaval : Jalan Pemuda, Jl. Pandanaran, Jalan Pahlawan, serta Kawasan Simpanglima akan ditutup mulai pukul 14.00 hingga 24.00 WIB. Pawai akan diakhiri dengan pesta kembang api yang meriah.


Sabtu, 21 April 2012

Kartini In Memoriam

Raden Adjeng Kartini (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini adalah seorang tokoh suku Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi.

BIOGRAFI
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI.

Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Karena Kartini dapat berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, R.M. Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.

SURAT-SURAT
Setelah Kartini wafat, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun 1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali. Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.

Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.

PEMIKIRAN
Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).


Surat-surat Kartini juga berisi harapannya untuk memperoleh pertolongan dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.


Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia mengungkapkan tentang pandangan bahwa dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." Kartini mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah.

Surat-surat Kartini banyak mengungkap tentang kendala-kendala yang harus dihadapi ketika bercita-cita menjadi perempuan Jawa yang lebih maju. Meski memiliki seorang ayah yang tergolong maju karena telah menyekolahkan anak-anak perempuannya meski hanya sampai umur 12 tahun, tetap saja pintu untuk ke sana tertutup. Kartini sangat mencintai sang ayah, namun ternyata cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah dalam surat juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.

Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi, terutama ke Eropa, memang terungkap dalam surat-suratnya. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.

Pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niat untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.


Saat menjelang pernikahannya, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.


Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang.

PERINGATAN
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.

Senin, 16 April 2012

Kemah Bhakti Tahunan 2012

Berjalan seiring dengan pelaksanaan Ujian Nasional Tahun 2012 bagi kelas XII semua kompetensi keahlian di Kampus Simpang Lima Semarang - SMK Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang, maka bagi siswa kelas X dan XI semua kompetensi keahlian dilaksanakan kegiatan dengan tajuk Kemah Bhakti Tahunan 2012. Kemah tahun ini dilaksanakan di bumi perkemahan Pramuka - Indraprastha yang berlokasi di Ampel, Boyolali. Acara dibuka oleh Muspika setempat dengan didampingi oleh Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan - Drs. Imawan Budiyanto.

Kegiatan dilaksanakan dari tanggal 14 s.d. 17 April 2012. Kegiatan tersebut sebagai salah satu wujud pendidikan karakter di bidang Kerja Keras, Kreatif, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Bersahabat, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab

Selamat berkemah !

Selamat Jalan Bapak Wargo Wirono

Hari Rabu, 11 April 2012 yang lalu telah wafat Bapak Drs. Wargo Wirono, M.Pd. - Pengawas SMK Kota Semarang. Jenazah dimakamkan pada hari Kamis, 12 April 2012 dari rumah duka Kompleks Perumahan Sambiroto Baru, Semarang. Selamat jalan Bapak Wargo Wirono. Semoga amal ibadah beliau diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.

Selasa, 03 April 2012

Kampus Simpang Lima Semarang Tampil di Talk Show Pada Pameran Buku Murah 2012


Festival Buku murah dan paling besar di Semarang kembali digelar. Event yang sekaligus untuk menyambut HUT Kota Semarang ke-465 ini diselenggarakan di Gedung Wanita Jalan Sriwijaya No 29 Semarang. Acara yang digagas oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang bekerja sama dengan Three G Production Yogyakarta ini diselenggarakan mulai 29 Maret s.d. 4 April 2012.
Tema yang diusung "Semarang Kota Atlas, Baca Buku Jadi Berkelas". Festival ini diikuti puluhan penerbit buku nasional, toko buku, dan agen, serta lembaga pendidikan. Ada yang menarik dari gelaran ini, selain aneka kegiatan juga disediakan door prize berupa 3 (tiga) sepeda Polygon. Selain itu juga ada panggung apresiasi seni serta berbagai kegiatan menarik lainnya. 
Pada tanggal 02 April 2012, Kampus Simpang Lima Semarang - SMK Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang diberi kesempatan untuk tampil dalam menu acara Malam Ekspresi Pelajar Semarang yang diwakili oleh 4 (empat) orang siswa kompetensi keahlian Teknik Komputer dan Jaringan yang diminta memperagakan dan mempresentasikan perakitan laptop. Mereka adalah :
  1. Dimas Dwi Budiarjo
  2. Feridhatul Zuliya Hasanah
  3. Ipuk Fatmawati
  4. Nanang Irham Khalid
Laptop kali ini yang diusung dengan merek dagang "SMKMugen". Saat presentasi, disampaikan aktivitas anak-anak TeKaJe Stembase yang telah dilakukan dalam andilnya di dunia Teknologi Informasi (IT), yaitu 
  1. Perakitan 1.101 PC (personal computer) dan laptop dengan merek "SMKZyrex" saat Jambore Teknologi tahun 2009.
  2. Perakitan 4.114 netbook dengan merek "SMKRelion" saat menyalurkan bantuan netbook dari Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan untuk SMK se-Jawa Tengah tahun 2010.
  3. Pembuatan media belajar berbasis web maupun berbasis mobile.
  4. Pembuatan animasi.
Selamat berkarya siswa-siswi Kampus Simpang Lima Semarang. SMK ... Bisa !