Kamis, 29 November 2012

Selamat Hari Korpri Ke- 41 Tahun 2012


Korps Pegawai Republik Indonesia, atau disingkat Korpri, adalah organisasi di Indonesia yang anggotanya terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, pegawai BUMN, BUMD serta anak perusahaan, dan perangkat Pemerintah Desa. Meski demikian, Korpri seringkali dikaitkan dengan Pegawai Negeri Sipil. Kedudukan dan kegiatan Korpri tak terlepas dari kedinasan.

Korpri yang didirikan pada tanggal 29 November 1971 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971, yang merupakan wadah untuk menghimpun seluruh Pegawai Republik Indonesia. Selama Orde Baru, Korpri dijadikan alat kekuasaan untuk melindungi pemerintah yang berkuasa waktu itu. Namun sejak era reformasi, Korpri berubah menjadi organisasi yang netral, tidak berpihak terhadap partai politik tertentu.

Organisasi Korpri memiliki struktur kepengurusan di tingkat pusat maupun di tingkat Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, atau Pemerintah Daerah. Saat ini kegiatan Korpri umumnya berkiprah dalam hal kesejahteraan anggotanya, termasuk mendirikan sejumlah badan/lembaga profit maupun non-profit.
Selamat Hari Korpri Ke-41 Tahun 2012. Korpri Maju Terus !

Referensi :
http://id.wikipedia.org/wiki/KORPRI

Minggu, 25 November 2012

Selamat Hari Guru Nasional Tahun 2012

PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932.

Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).

Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.

Sejalan dengan keadaan itu maka disamping PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan yang lainnya.

Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong para guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat orang Belanda, satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita kesadaran. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka.”

Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa Indonesia.

Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia bertempat di Sekolah Guru Putri (SGP) Surakarta diselenggrakan Kongres I PGRI dari tanggal 24-25 November 1945. Pada kongres itu disepakati berdirinya PGRI sebagai wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia. Pendirinya antara lain : Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah Noerbambang, dan Soetono.di Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah – guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 – seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.

Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tangan bau mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :
  1. Memepertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia;
  2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan;
  3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
Sejak Kongres Guru Indonesia itulah, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik praktis.

Sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.

Selamat Hari Guru Nasional. Semoga guru dan bangsa Indonesia tetap jaya dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Kamis, 15 November 2012

Selamat Tahun Baru Hijriyah - 1 Muharram 1434 H

Segenap pengasuh Seputar Simpang Lima Semarang menyampaikan Selamat Tahun Baru Hijriyah - 1 Muharram 1434 H. Mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya untuk kita melangkah lebih baik menuju keridhoan Allah SWT. Amiiin ya Rabbal ‘alamiiin.

Selasa, 13 November 2012

Yang Terlupakan di Kampus Simpang Lima Semarang

Momen Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober mempunyai kesan mendalam bagi setiap pemuda Indonesia. Tak ketercuali bagi kru Radio 105.2 SSFM Semarang yang memaknainya dengan menjadi petugas upacara peringatan hari sumpah pemuda di lapangan Kampus Simpang Lima Semarang - SMK Negeri 7 Semarang, Senin (29/10/2012) pagi.
Kru 105.2 SSFM diturunkan tiga orang dan berkolaborasi dengan petugas upacara dari siswa SMK Negeri 7 Semarang saat upacara berlangsung. Meski begitu, upacara yang diikuti oleh seluruh sivitas akademika kampus setempat itu berlangsung dengan khidmat. Terlebih lagi saat pembacaan Sumpah Pemuda oleh penyiar SSFM, Hans Cristian.

Bertindak sebagai komadan upacara yakni sales manager SSFM - Danu Wijasmoro dan Ajeng sebagai protokol upacara. Danu mengatakan, menjadi komandan upacara kali ini merupakan pertama kali setelah sepuluh tahun yang lalu. Sehingga dia pun saat di lapangan sempat grogi, meski sudah latihan di hari sebelumnya. Sedangkan yang bertindak sebagai Inspektur Upacara dari Kepolisian Sektor Semarang Selatan - Ibu Retno Yuli S.

Kegiatan SSFM yang menurunkan kru-nya untuk menjadi petugas upacara ini merupakan untuk memperingati hari Sumpah Pemuda. Sekaligus untuk lebih mendekatkan dengan anak-anak muda yang menjadi pendengar setianya.

Referensi :
http://www.suaramerdeka.tv/view/video/33085/kru-1052-ssfm-radio-jadi-petugas-upacara

Kampus Simpang Lima Semarang Jadi Ajang Lomba Tingkat Jawa Tengah

Kepedulian masyarakat mengenai pendidikan budaya dan karakter bangsa telah menjadi kepedulian pemerintah. Berbagai upaya pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa telah dilakukan di berbagai lembaga pemerintah. Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) pada awal tahun 2010 menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat yang kuat akan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Keinginan masyarakat dan kepedulian pemerintah mengenai pendidikan budaya dan karakter bangsa akhirnya berakumulasi pada kebijakan pemerintah pada pendidikan budaya dan karakter bangsa. Kebijakan tersebut menjadi salah satu program unggulan pemerintah yang harus terintegrasi pada setiap proses pembelajaran dan menjadi pedoman sekolah sebagai rancangan operasional dalam mengembangkan pendidikan budaya dan karakter bangsa demi terwujudnya kualitas manusia Indonesia sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional.
Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh Kampus Simpang Lima Semarang - SMK Negeri 7 (STM Pembangunan) Semarang dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah pada pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah menyelenggarakan Lomba Peraturan Baris-berbaris dan Tata Upacara Bendera (Loptacara) X Tahun 2012 di SMK Negeri 7 Semarang yang telah berlangsung pada hari Minggu, 11 November 2012 yang lalu. Lomba tersebut diperuntukkan bagi siswa/siswi SMP/MTs dan SMA/MA/SMK se-Jawa Tengah.
Bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang - Drs. H. Bunyamin, M.Pd. Beliau berpesan kepada seluruh peserta upacara bahwa menjadi kewajiban kita bersama tanpa kecuali sebagai warga negara Indonesia untuk senantiasa menjunjung tinggi, mempertahankan, dan mengamankan Pilar-pilar Kebangsaan Indonesia, yaitu :
  1. Pancasila
  2. Undang-undang Dasar 1945
  3. Bhinneka Tunggal Ika
  4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Diharapkan dengan kegiatan tersebut, para peserta dapat menjadi pelopor penggerak di lingkungannya masing-masing dalam rangka pemasyarakatan budaya dan karakter bangsa. Acara pembukaan ditandai dengan pemukulan gong dan pelepasan balon.

Senin, 12 November 2012

Mengenang Hari Pahlawan


Peristiwa 10 November merupakan peristiwa sejarah perang antara Indonesia dan Belanda. Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di Pulau Jawa, dan tujuh hari kemudian, tepatnya, 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Sejak itu, Indonesia diduduki oleh Jepang.

Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu setelah dijatuhkannya bom atom (oleh Amerika Serikat) di Hiroshima dan Nagasaki. Peristiwa itu terjadi pada Agustus 1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia kemudian memproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Sebelum dilucuti oleh sekutu, rakyat dan para pejuang Indonesia berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbullah pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak daerah. Ketika gerakan untuk melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada 25 Oktober. Tentara Inggris didatangkan ke Indonesia atas keputusan dan atas nama Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang, membebaskan para tawanan yang ditahan Jepang, serta memulangkan tentara Jepang ke negerinya. Tetapi, selain itu, tentara Inggris juga membawa misi mengembalikan Indonesia kepada pemerintah Belanda sebagai jajahannya. NICA (Netherlands Indies Civil Administration) pun membonceng. Itulah yang meledakkan kemarahan rakyat Indonesia di mana-mana.

Di Surabaya, dikibarkannya bendera Belanda, Merah-Putih-Biru, di Hotel Yamato, telah melahirkan Insiden Tunjungan, yang menyulut berkobarnya bentrokan-bentrokan bersenjata antara pasukan Inggris dengan badan-badan perjuangan yang dibentuk oleh rakyat. Bentrokan-bentrokan bersenjata dengan tentara Inggris di Surabaya, memuncak dengan terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober.

Setelah terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, penggantinya (Mayor Jenderal Mansergh) mengeluarkan ultimatum yang merupakan penghinaan bagi para pejuang dan rakyat umumnya. Dalam ultimatum itu disebutkan bahwa semua pimpinan dan orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan meletakkan senjatanya di tempat yang ditentukan dan menyerahkan diri dengan mengangkat tangan di atas. Batas ultimatum adalah jam 6.00 pagi tanggal 10 November 1945.

Ultimatum tersebut ditolak oleh Indonesia. Sebab, Republik Indonesia waktu itu sudah berdiri (walaupun baru saja diproklamasikan), dan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sebagai alat negara juga telah dibentuk.

Selain itu, banyak sekali organisasi perjuangan yang telah dibentuk masyarakat, termasuk di kalangan pemuda, mahasiswa dan pelajar. Badan-badan perjuangan itu telah muncul sebagai manifestasi tekad bersama untuk membela republik yang masih muda, untuk melucuti pasukan Jepang, dan untuk menentang masuknya kembali kolonialisme Belanda (yang memboncengi kehadiran tentara Inggris di Indonesia).

Pada 10 November pagi, tentara Inggris mulai melancarkan serangan besar-besaran dan dahsyat sekali, dengan mengerahkan sekitar 30 000 serdadu, 50 pesawat terbang, dan sejumlah besar kapal perang.

Berbagai bagian kota Surabaya dihujani bom, ditembaki secara membabi-buta dengan meriam dari laut dan darat. Ribuan penduduk menjadi korban, banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka. Tetapi, perlawanan pejuang-pejuang juga berkobar di seluruh kota, dengan bantuan yang aktif dari penduduk.

Pihak Inggris menduga bahwa perlawanan rakyat Indonesia di Surabaya bisa ditaklukkan dalam tempo 3 hari saja, dengan mengerahkan persenjataan modern yang lengkap, termasuk pesawat terbang, kapal perang, tank, dan kendaraan lapis baja yang cukup banyak.

Namun di luar dugaan, ternyata para tokoh-tokoh masyarakat yang terdiri dari kalangan ulama' serta kiyai-kiyai pondok Jawa seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kiyai-kiyai pesantren lainnya mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat umum (pada waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan taat kepada para kiyai)juga ada pelopor muda seperti Bung Tomo dan lainnya. sehingga perlawanan itu bisa bertahan lama, berlangsung dari hari ke hari, dan dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran besar-besaran ini memakan waktu sampai sebulan, sebelum seluruh kota jatuh di tangan pihak Inggris.
Peristiwa berdarah di Surabaya ketika itu juga telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat yang menjadi korban ketika itulah yang kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan.

Pustaka :
http://www.youtube.com/watch?v=-5R1rncydgo&feature=related
http://gudang-sejarah.blogspot.com/2009/01/sejarah-hari-pahlawan.html